Pages

Jumat, 04 November 2011

Mengenang Kembali Sejarah Bangsa Kita, Lewat "KONFERENSI ASIA AFRIKA"


  • SEJARAH SINGKAT
Konferensi Asia Afrika kadang juga disebut Konferensi Bandung. Konferensi Asia Afrika adalah sebuah konferensi tingkat tinggi antara negar-negar Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. Konferensi ini diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (Burma), Sri lanka (Ceylon), India, dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Roeslan Abdulgani. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1995 di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan “kolonialisme” atau “neokolonialisme” Amerika Serikat, Uni Soviet, atau Negara imperialis lainnya.

Dua puluh sembilan negara yang mewakili lebih dari sebagian total penduduk dunia mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk berkonsultasi dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang mempengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan colonial Perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut “Dasasila Bandung”, yang berisi tentang “pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerja sama dunia”. Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru. Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbetuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.


KILAS BALIK KONFERENSI ASIA AFRIKA
Menuju Terbentuknya Gerakan Negara-negara Non-Blok
23 Agustus 1953
Perdana menteri Ali Sastroamidjojo (Indonesia) di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerja sama antara negara-negara di Asia dan Afrika bagi perdamaian dunia.
25 April – 2 Mei 1954
Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlu adanya Konferensi Asia-Afrika.
28 – 29 Desember 1954
Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.
18 – 24 April 1955
Konferensi Asia Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan nama Dasasila Bandung.





  • DASASILA BANDUNG
Dasasila Bandung adalah 10 poin hasil pertemuan Konferensi Asia-Afrika yang dilaksanakan pada bulan April 1955 di Bandung (Indonesia). Substansi Dasasila Bandung berisi tentang “pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerja sama dunia”. Dasasila Bandung memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru, sebagai berikut:
1)     Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta   asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
2)     Menghormati kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa.
3)     Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil
4)     Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam persoalan-persoalan dalam negeri negara lain.
5)     Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara individu maupun secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6)  (a) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar, (b) Tidak melakukan campur tangan terhadap negara lain.
7)     Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas territorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8)     Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase, atau penyelesaian masalah hokum, ataupun lain-lain cara damai, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan piagam PBB.
9)     Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
10) Menghormati hokum dan kewajiban-kewajiban internasional.

  • GERAKAN NON-BLOK
Gerakan Non-Blok adalah suatu organisasi internasional yang terdiri lebih dari 100 negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan blok keuatan besar apapun. Mereka mempresentasikan 55% penduduk dunia dan hampir 2/3 keanggotaan PBB. Negara-negara yang telah menyelenggarakan KTT Non-Blok adalah Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan Malaysia.
GNB dibentuk pada tahun1961 oleh Joseph Broz Tito (presiden Yugoslavia), Soekarno (presiden Indonesia), Gamal Abdul Nasser (presiden Mesir), Pandit Jawaharlal Nehru (perdana menteri India), Kwane (presiden Ghana) dan membawa negara-negara lain yang tidak ingin beraliansi dengan negara-negara adidaya peserta Perang Dingin bersama. Anggota-anggota penting termasuk India, Mesir, dan untuk suatu masa, Republik Rakyat Tiongkok. Brasil tidak pernah menjadi anggota resmi gerakan tersebut. Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti NATO atau Pakta Warsawa, negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin.

2 komentar:

  1. wahh bisa buat nyonteg ikii bid ...

    BalasHapus
  2. hahaha iyo mas ..
    maka dari itu tak jadiin postingan di blog..
    ya moga2 brmnfaat
    amiien

    BalasHapus